
“Mau kemana Rida?”, tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller.
Rida terkejut, ada Warto dan Diman. Mereka menyeringai.
“Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Rida menyapa mereka berdua yang mendekatinya.
“Rida, kami bakal diberhentikan besok..”, Warto berkata.
“Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..”, Rida menjawab.
Di luar hujan mulai turun. Cerita Dewasa
“Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba Diman yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.
“I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..”, Rida menjawab.
Rida terkejut, ada Warto dan Diman. Mereka menyeringai.
“Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Rida menyapa mereka berdua yang mendekatinya.
“Rida, kami bakal diberhentikan besok..”, Warto berkata.
“Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..”, Rida menjawab.
Di luar hujan mulai turun. Cerita Dewasa
“Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba Diman yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.
“I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..”, Rida menjawab.
Tiba-tiba ia merasa gugup dan cemas.
Warto mencekal lengan Rida. Sebelum Rida tersadar, kedua tangannya telah
dicekal ke belakang oleh mereka.
“Aah! Jangan Pak!”.
Diman menarik blus warna ungu milik Rida. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan. “Sekarang aja Rida. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”.
Warto menyeringai melihat Diman merobek kaos dalam katun Rida yang berwarna putih berenda. Rida berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar.
“Jangannnn! Lepaskannn!”, Rida berusaha meronta.
“Aah! Jangan Pak!”.
Diman menarik blus warna ungu milik Rida. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan. “Sekarang aja Rida. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”.
Warto menyeringai melihat Diman merobek kaos dalam katun Rida yang berwarna putih berenda. Rida berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar.
“Jangannnn! Lepaskannn!”, Rida berusaha meronta.
Hujan turun dengan derasnya. Diman
sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Rida. Kedua lelaki itu
sudah sejak lama memperhatikan Rida. Gadis yang mereka tahu tubuhnya
sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka sering mengintipnya ketika
ke kamar mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi. Rida menyepak
Diman dengan keras.
“Eit, melawan juga si Mbak ini..”, Diman hanya menyeringai.
Rida di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.
“Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Rida mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.
Sementara kedua tangannya terus dicekal Warto, Diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Rida. Sepatunya terlepas.
“Eit, melawan juga si Mbak ini..”, Diman hanya menyeringai.
Rida di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.
“Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Rida mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.
Sementara kedua tangannya terus dicekal Warto, Diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Rida. Sepatunya terlepas.
Diperlakukan seperti itu, Rida juga
mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin menerpa kulit
pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Rida lemas. Hal ini
menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan mudah mereka menanggalkan blus
dan celana panjang ungu Rida. Rida mengenakan setelan pakaian dalam
berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat
Rida yang kencang mulai ditepuk oleh Warto bertubi-tubi, “Plak! Plak!”.
Tubuh Rida memang kencang menggairahkan.
Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam
keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat menggairahkan.
Diman menjambak rambut Rida sehingga dapat melihat wajahnya. Bibirnya
yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah,
air mata mengalir di pipinya.
“Sret!”, Rida tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.
Menyusul branya ditarik dengan kasar. Rida benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Warto yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya.
“Ouuhh! Adduhh..!”, Rida merintih.
Seperti ******, Warto mulai menyodok nyodok Rida dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Rida hanya mampu menangis tak berdaya.
“Sret!”, Rida tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.
Menyusul branya ditarik dengan kasar. Rida benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Warto yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya.
“Ouuhh! Adduhh..!”, Rida merintih.
Seperti ******, Warto mulai menyodok nyodok Rida dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Rida hanya mampu menangis tak berdaya.
Tiba-tiba Diman mengangkat wajahnya,
kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa Rida membuka
mulutnya. Rida memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di
selangkangannya sementara Diman memperkosa mulutnya. Meja itu berderit
derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Warto mendesak dari
belakang, Diman menyodok dari depan. Bibir Rida yang penuh itu terbuka
lebar-lebar menampung kemaluan Diman yang terus keluar masuk di
mulutnya. Tiba-tiba Warto mencabut kemaluannya dan menarik Rida.
“Ampuunnn…, hentikan Pak..”, Rida menangis tersengal-sengal.
Warto duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Diman, Rida dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Ampuunnn…, hentikan Pak..”, Rida menangis tersengal-sengal.
Warto duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Diman, Rida dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Slebb!”, kemaluan Warto kembali masuk ke vagina Rida yang sudah basah.
Rida menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Warto kembali memeluk Rida sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Rida masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Warto ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Diman mulai memaksa menyodominya.
“Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm…!”, Rida berusaha meronta, tapi tak berdaya.
Rida menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Warto kembali memeluk Rida sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Rida masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Warto ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Diman mulai memaksa menyodominya.
“Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm…!”, Rida berusaha meronta, tapi tak berdaya.
Warto terus melumat mulutnya. Sementara
Diman memperkosa anusnya. Rida lemas tak berdaya sementara kedua lubang
di tubuhnya disodok bergantian. Payudaranya diremas dari depan maupun
belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat dirinya tampak
erotis dan merangsang. Juga rintihannya. Tiba-tiba gerakan kedua
pemerkosanya yang semakin cepat dan dalam mendadak berhenti. Rida
ditelentangkan dengan tergesa kemudian Warto menyodokkan kemaluannya ke
mulut gadis itu. Rida gelagapan ketika Warto mengocok mulutnya kemudian
mendadak kepala Rida dipegang erat dan…
“Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Warto muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi.
Rida merasa akan muntah. Tapi Warto terus menekan hidung Rida hingga ia terpaksa menelan cairan kental itu. Warto terus memainkan batang kemaluannya di mulut Rida hingga bersih. Rida tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.
“Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Warto muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi.
Rida merasa akan muntah. Tapi Warto terus menekan hidung Rida hingga ia terpaksa menelan cairan kental itu. Warto terus memainkan batang kemaluannya di mulut Rida hingga bersih. Rida tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.
Mendadak Diman ikut memasukkan batang
kemaluannya ke mulut Rida. Kembali mulut gadis itu diperkosa. Rida
terlalu lemah untuk berontak. Ia pasrah hingga kembali cairan sperma
mengisi mulutnya. Masuk ke tenggorokannya. Rida menangis sesengggukan.
Diman memakai celana dalam Rida untuk membersihkan sisa spermanya.
“Wah.. bener-bener kenangan indah, Yuk..”, ujar Warto sambil membuka pintu belakang.
Tak lama kemudian 3 orang satpam lain masuk.
“Ayo, sekarang giliran kalian!”, Rida terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu.
Ia akan diperkosa bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita, bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak akan ada yang mencarinya.
“Wah.. bener-bener kenangan indah, Yuk..”, ujar Warto sambil membuka pintu belakang.
Tak lama kemudian 3 orang satpam lain masuk.
“Ayo, sekarang giliran kalian!”, Rida terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu.
Ia akan diperkosa bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita, bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak akan ada yang mencarinya.
Rida ditarik ke tengah lobby bank itu.
Dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah membuka pakaiannya
masing-masing hingga Rida dapat melihat batang kemaluan mereka yang
telah mengeras.
“Ayo Rida, kulum punyaku!”, Rida yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka bergiliran.
Tubuhnya tiba-tiba di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak paksa di lubang anusnya.
“Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Rida menangis tak berdaya.
Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram.
“Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”.
Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut Rida. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya. Rida dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran. Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Rida bergiliran.
“Ayo Rida, kulum punyaku!”, Rida yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka bergiliran.
Tubuhnya tiba-tiba di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak paksa di lubang anusnya.
“Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Rida menangis tak berdaya.
Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram.
“Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”.
Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut Rida. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya. Rida dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran. Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Rida bergiliran.
Tubuh Rida yang sintal itu basah
berbanjir peluh dan sperma. Stockingnya telah penuh noda-noda sperma
kering. Akhirnya Rida ditelentangkan di sofa, kemudian para satpam itu
bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka
memasukkannya ke mulut Rida dan mengocoknya disana, hingga secara
bergiliran sperma mereka muncrat di seluruh wajah Rida.
Ketika telah selesai Rida telentang dan
tersengal-sengal lemas. Tubuh dan wajahnya belepotan cairan sperma,
keringat dan air matanya sendiri. Rida pingsan. Tapi para satpam itu
ternyata belum puas.
“Belum pagi nih”, ujar salah seorang dari satpam itu.
“Iya, aku masih belum puas…”.
Akhirnya muncul ide mereka yang lain.
“Belum pagi nih”, ujar salah seorang dari satpam itu.
“Iya, aku masih belum puas…”.
Akhirnya muncul ide mereka yang lain.
Tubuh telanjang Rida diikat erat.
Kemudian mereka membawanya ke belakang kantornya. Bagian belakang bank
itu memang masih sepi dan banyak semak belukar. Rida yang masih dalam
keadaan lemas diletakkan begitu saja di sebuah pondok tua tempat para
pemuda berkumpul saat malam. Hujan telah berhenti tetapi udara masih
begitu dinginnya. Mulut Rida disumpal dengan celana dalamnya. Ketika
malam semakin larut baru Rida tersadar. Ia tersentak menyadari tubuhnya
masih dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tak berdaya. Ia
benar-benar merasa dilecehkan karena stockingnya masih terpasang.
Tiba-tiba saja terdengar suara beberapa laki-laki. Dan mereka terkejut ketika masuk.
“Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka.
Rida berusaha meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik yang remang-remang. Tubuh Rida mulai dijadikan bulan-bulanan. Rida hanya bisa menangis pasrah dan merintih tertahan.
“Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka.
Rida berusaha meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik yang remang-remang. Tubuh Rida mulai dijadikan bulan-bulanan. Rida hanya bisa menangis pasrah dan merintih tertahan.
Ia ditunggingkan di atas lantai bambu
kemudian para lelaki itu bergiliran memperkosanya. Semua lubang di
tubuhnya secara bergiliran dan bersamaan disodok-sodok dengan sangat
kasar. Kembali Rida bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di
punggung, di pantat, dada dan wajahnya. Setiap kali akan pingsan,
seseorang akan menampar wajahnya hingga ia kembali tersadar.
“Ini kan teller di bank depan?”
“Ini kan teller di bank depan?”
Mereka tertawa-tawa sambil terus
memperkosa Rida dengan berbagai posisi. Rida yang masih terikat dan
terbungkam hanya dapat pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna
putih dan merah kekuningan mengalir dari lubang pantat dan vaginanya
yang telah memerah akibat dipaksa menerima begitu banyak batang penis.
Ketika seseorang sedang sibuk menyodominya, Rida tak tahan lagi dan
akhirnya pingsan. Entah sudah berapa kali para pemabuk itu menyemprotkan
sperma mereka ke seluruh tubuh Rida sebelum akhirnya meninggalkannya
begitu saja setelah mereka puas.
0 komentar:
Posting Komentar